Sebagian besar dari kita yang sudah
berkeluarga dan memiliki anak pasti pernah merasakan bagaimana repotnya
mengurus anak. Diperlukan kesabaran yang luar biasa dalam mendidik calon-calon
penerus kita kelak. Bukan hanya sabar tingkat manusia, tapi tingkat dewa
(lebay). Tak jarang kita sebagai orang tua tersulut es moni (emosi maksudnya)
ketika anak-anak kita maupun anak orang lain bertingkah tidak sesuai SOP yang
kita pedomani.
Ternyata, panutan yang kita
teladani tidak berlaku demikian. Banyak riwayat yang menceritakan betapa
Rosulullah menyayangi anak2. Pernah suatu ketika rasulullah pulang dari pasar
bani qainuqa’ dan duduk di masjid dengan kedua tangan merangkul lutut. Beliau
bertanya,”mana si kecil yg lucu itu?panggilkan dia agar datang kepadaku.”
Kemudian al hasan pun datang dengan berlari, lalu langsung melompat ke
pangkuannya. Rosulullah mencium mulutnya, kemudian berdoa:
“Ya Allah, aku sungguh
mencintainya. Maka cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya (tiga
kali)”.
Abu Hurairah berkata, “stiap kali
melihat al hasan aku menangis.”[1]
Lalu, pernahkan kita dikencingi
anak? Atau rumah kita pernah dikunjungi kerabat yang membawa anak kecil lalu
ngompol di rumah kita? Atau juga kita pernah membawa anak kita ke toko atau
swalayan dimana ramainya orang berkumpul untuk berbelanja, lalu anak kita
tiba-tiba kencing begitu saja di toko tersebut? Bayangkan, betapa malunya kita
ketika hal itu terjadi pada kita. Mungkin ada sebagian kecil yang akan langsung
memarahi anaknya atau malah memukulnya. Menurut pendapat saya, orang-orang yang
cepat marah menghadapi anak kecil itu artinya tingkat pendewasaan dirinya hanya
sebatas pada usia saja. Tidak mencakup pada kematangan berpikir selayaknya
orang dewasa. Salah satu akhlak mulia rosulullah yang patut kita contoh adalah
betapa beliau memaklumi anak-anak jika mereka mengompol (tentu dengan batasan
usia tertentu). Bahkan, seorang bayi pernah mengencingi beliau tepat di bajunya
ketika dipangku namun beliau tidak segera memberikan bayi tersebut kepada orang
tuanya untuk menjaga perasaan. Hal ini diceritakan dalam beberapa riwayat
antara lain:
·
Ummu qais binti mihshan berkata, “ AKu pernah menemui
Rasulullah dengan membawa bayiku yang masih belum makan makanan apapun.
Tiba-tiba, ia kencing di pangkuan beliau. Beliau pun meminta air dan langsung
menyipratkannya ke bagian yang terkena kencing.”[2]
·
Ummu kurz Al Khuza’iyah berkata, “Seorang bayi
laki-laki pernah didatangkan kepada Nabi SAW, lalu bayi itu kencing di atas
pangkuan beliau. Maka Nabi memninta air dan menyipratkannya ke bekas kencing
bayi tasi. Pernah juga, seorang bayi perempuan yang ngompol saat berada di
pangkuan beliau , lalu nabi memerintahkan agar pakaian yang terkena kencing itu
dicuci.[3]
Berkaca pada sikap rosulullah di
atas, sudah seyogyanya kita memaklumi anak-anak yang masih belum bisa kencing
di kamar mandi. Dan bersabar dalam mendidik anak-anak kita. Bukankah mendidik
anak itu membutuhkan proses? And it’s
long time process.
Lalu, dalam riwayat lain
diceritakan bahwa nabi SAW pernah menghentikan khotbah jumat dan meninggalkan
mimbar untuk menyambut anak kecil yang berjalan tertatih-tatih ke arahnya.
Keagungan dan kesucian ibadah sholat jumat tidak menghentikan beliau untuk
memperhatikan anak-anak, tentunya dalam batas-batas tertentu yang tidak
mengganggu atau merusak ibadah itu sendiri.
Kalo kita melihat tayangan
kehidupan yang “live” terjadi di depan kita, sangat jauh masyarakat kita dengan
akhlak rosulullah terhadap anak-anak. Abu Hurairah berkata, “rosulullah bersabda,
“siapa saja yang tidak mengasihi anak-anak dan tidak mengetahui hak orang-orang
tua dari kalangan kami maka ia bukan dari golongan kami.”
Terus, timbul pernyataan,”anak-anak
gak ngerti sih kalo dibilangin. Dibilangin jangan A, malah dilakuin A.”
Bukankah itu memang tabiat anak2?
Kalo mereka menjadi sangat penurut tanpa pernah memberontak atau menolak
perintah kita bukankah hal itu yang petut kita khawatirkan. Barangsiapa diberi
ujian dengan anak2, lalu mereka tetap
memperlakukan dengan baik, kelak mereka akan menjadi penghalang baginya dari
neraka.[4]
Smoga kita termasuk orang-orang
yang bisa meneladani sikap rosulullah. Dan termasuk orang-orang yang dapat
melaksanakan amanah Allah dalam mendidik anak.
“Memelihara anak secara fisik, mungkin hal yang mudah. Namun, memelihara
anak secara ruhiyah, membutuhkan ilmu dan kesabaran para orang tua.”
*) disarikan dari buku Islamic
parenting karya syeikh jamal Abdurrahman, penerbit aqwam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar