Minggu, 13 Desember 2015

A Simple Things..



Hari ini sekedar ingin bercerita pengalaman tadi pagi.

Pukul 06.10 saya dan suami berangkat dari rumah menuju stasiun pondok ranji. Ya, seperti biasa kami naik KRL dari sudimara-tanah abang. Pagi ini, penumpang di dalam KRL lumayan padat. Tepat dibelakang saya ada seorang laki-laki yang tidak tahu saya rupa dan namanya, dan di samping saya pun demikian. Seorang laki-laki tinggi besar.

Yak, suami saya berada di samping belakang dengan penghubung tangan kami yang saling berpegangan. Melihat saya dihimpit oleh laki-laki yang bukan mahram saya, dan sampai bersinggungan kulit.. beliau langsung mengulurkan tangannya untuk menjembatani antara tangan saya dan lengan laki-laki itu.

Oh, zauji. A simple thing that makes me happy today.

Saya bahagia bukan karena beliau menunjukkan cinta dan sayangnya yang begitu besar untuk saya. Bukan karena itu.
Tapi lebih kepada saya bangga kepadanya yang menjaga istrinya dalam rangka ketaatannya pada Robbnya. Bagaimana tidak? Seperti sebuah hadits:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik pada keluarganya.”
"Lebih baik bagi salah satu dari kalian memegang bara api yang panas daripada menyentuh wanita yang bukan mahram. "
Gak perlu kata-kata manis layaknya abg-abg labil pacaran seperti saat ini,
Tak perlu seikat bunga untuk menunjukkan keromantisannya yang hanya bersifat duniawi.
Romance can be built with a simple thing around us.



Rabu, 09 Desember 2015

Jalani, Syukuri!!

Assalamu'alaykum untuk saudari2 seiman.

selamat pagi untuk para pembaca.

Kembali berkutat dengan dunia kerja mengingatkan kembali perjuangan menapaki dunia kerja beberapa tahun yang lalu.
disiplin dengan waktu kerja yang mengharuskan berangkat pagi, pulang malam. berdesakan mencari ruang-ruang kosong dalam KRL..hm, capek! itu kata pertama yg saya ucapkan.
Diri ini sudah terlalu nyaman di dunia kampus yang banyak waktu bermainnya daripada belajarnya. santai.

tapi kembali lagi pada tanggung jawab dan amanah. Allah memberi amanah yang pasti dapat kita lakukan. Saya yakin itu. one hundred percent!!
keputusan ada di tangan kita, take it or leave it. Dan saya memilih untuk mengambil amanah itu. dengan konsekuensi meninggalkan anak di rumah dengan pengasuh, dan berdesakan dengan para pejuang nafkah ke ibukota. Syukuri saja.

Perbedaan mendasar yang saya rasakan ketika kembali ke gedung-gedung menjulan ini adalah semangat mendekat pada Allah yang semakin menyala. Bagaimana tidak? dengan ritme kerja yang penuh perjuangan ditambah kondisi menitipkan anak2 dengan pengasuh mau tidak mau mengharuska kita untuk berpasrah sepenuhnya pada Allah. Ya, Allah. kepada siapa lagi kita harus bersandar??
mendengar lantunan ayat-ayat suci AlQur'an seringkali membuat mata saya sembab. Entah mengapa. Semoga ini menjadi tanda Allah menarik saya terus untuk mendekat kepada Nya.


Jumat, 29 Mei 2015

Betapa Sayangnya Rosulullah Pada Anak-Anak


Sebagian besar dari kita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak pasti pernah merasakan bagaimana repotnya mengurus anak. Diperlukan kesabaran yang luar biasa dalam mendidik calon-calon penerus kita kelak. Bukan hanya sabar tingkat manusia, tapi tingkat dewa (lebay). Tak jarang kita sebagai orang tua tersulut es moni (emosi maksudnya) ketika anak-anak kita maupun anak orang lain bertingkah tidak sesuai SOP yang kita pedomani.
Ternyata, panutan yang kita teladani tidak berlaku demikian. Banyak riwayat yang menceritakan betapa Rosulullah menyayangi anak2. Pernah suatu ketika rasulullah pulang dari pasar bani qainuqa’ dan duduk di masjid dengan kedua tangan merangkul lutut. Beliau bertanya,”mana si kecil yg lucu itu?panggilkan dia agar datang kepadaku.” Kemudian al hasan pun datang dengan berlari, lalu langsung melompat ke pangkuannya. Rosulullah mencium mulutnya, kemudian berdoa:
“Ya Allah, aku sungguh mencintainya. Maka cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya (tiga kali)”.
Abu Hurairah berkata, “stiap kali melihat al hasan aku menangis.”[1]
Lalu, pernahkan kita dikencingi anak? Atau rumah kita pernah dikunjungi kerabat yang membawa anak kecil lalu ngompol di rumah kita? Atau juga kita pernah membawa anak kita ke toko atau swalayan dimana ramainya orang berkumpul untuk berbelanja, lalu anak kita tiba-tiba kencing begitu saja di toko tersebut? Bayangkan, betapa malunya kita ketika hal itu terjadi pada kita. Mungkin ada sebagian kecil yang akan langsung memarahi anaknya atau malah memukulnya. Menurut pendapat saya, orang-orang yang cepat marah menghadapi anak kecil itu artinya tingkat pendewasaan dirinya hanya sebatas pada usia saja. Tidak mencakup pada kematangan berpikir selayaknya orang dewasa. Salah satu akhlak mulia rosulullah yang patut kita contoh adalah betapa beliau memaklumi anak-anak jika mereka mengompol (tentu dengan batasan usia tertentu). Bahkan, seorang bayi pernah mengencingi beliau tepat di bajunya ketika dipangku namun beliau tidak segera memberikan bayi tersebut kepada orang tuanya untuk menjaga perasaan. Hal ini diceritakan dalam beberapa riwayat antara lain:
·         Ummu qais binti mihshan berkata, “ AKu pernah menemui Rasulullah dengan membawa bayiku yang masih belum makan makanan apapun. Tiba-tiba, ia kencing di pangkuan beliau. Beliau pun meminta air dan langsung menyipratkannya ke bagian yang terkena kencing.”[2]
·         Ummu kurz Al Khuza’iyah berkata, “Seorang bayi laki-laki pernah didatangkan kepada Nabi SAW, lalu bayi itu kencing di atas pangkuan beliau. Maka Nabi memninta air dan menyipratkannya ke bekas kencing bayi tasi. Pernah juga, seorang bayi perempuan yang ngompol saat berada di pangkuan beliau , lalu nabi memerintahkan agar pakaian yang terkena kencing itu dicuci.[3]
Berkaca pada sikap rosulullah di atas, sudah seyogyanya kita memaklumi anak-anak yang masih belum bisa kencing di kamar mandi. Dan bersabar dalam mendidik anak-anak kita. Bukankah mendidik anak itu membutuhkan proses? And it’s long time process.
Lalu, dalam riwayat lain diceritakan bahwa nabi SAW pernah menghentikan khotbah jumat dan meninggalkan mimbar untuk menyambut anak kecil yang berjalan tertatih-tatih ke arahnya. Keagungan dan kesucian ibadah sholat jumat tidak menghentikan beliau untuk memperhatikan anak-anak, tentunya dalam batas-batas tertentu yang tidak mengganggu atau merusak ibadah itu sendiri.
Kalo kita melihat tayangan kehidupan yang “live” terjadi di depan kita, sangat jauh masyarakat kita dengan akhlak rosulullah terhadap anak-anak. Abu Hurairah berkata, “rosulullah bersabda, “siapa saja yang tidak mengasihi anak-anak dan tidak mengetahui hak orang-orang tua dari kalangan kami maka ia bukan dari golongan kami.”
Terus, timbul pernyataan,”anak-anak gak ngerti sih kalo dibilangin. Dibilangin jangan A, malah dilakuin A.”
Bukankah itu memang tabiat anak2? Kalo mereka menjadi sangat penurut tanpa pernah memberontak atau menolak perintah kita bukankah hal itu yang petut kita khawatirkan. Barangsiapa diberi ujian dengan anak2, lalu mereka  tetap memperlakukan dengan baik, kelak mereka akan menjadi penghalang baginya dari neraka.[4]
Smoga kita termasuk orang-orang yang bisa meneladani sikap rosulullah. Dan termasuk orang-orang yang dapat melaksanakan amanah Allah dalam mendidik anak.
“Memelihara anak secara fisik, mungkin hal yang mudah. Namun, memelihara anak secara ruhiyah, membutuhkan ilmu dan kesabaran para orang tua.”
*) disarikan dari buku Islamic parenting karya syeikh jamal Abdurrahman, penerbit aqwam.









[1] HR.Bukhari-Muslim, Ahmad
[2] Mutaffaq ‘ALaih
[3] HR.Ahmad
[4] HR Bukhori dalam kitabuz zakat