Selasa, 24 Juli 2012



Assalamu’alaykum

Alhamdulillah,setelah hari ke-5 Ramadhan, bisa menghiasi blog ini. Mumpung kerjaan lagi longgar..hehe
Ramadhan 1433 Hijriah sungguh berbeda dengan Ramadhan yang saya lalui tahun-tahun sebelumnya. Allah menghendaki saya untuk menimba pengalaman di negeri ujung timur flores ini, Larantuka. Tidak pernah terbersit di benak saya akan menginjakkan kaki di bagian timur Indonesia, bertemu penduduk asli dan bersosialisasi dengan mereka disini.

Tugas Negara yang diemban suami mengharuskan saya sebagai istri untuk ikut beliau ke tanah Larantuka ini. Jika anda bertanya, apakah tidak sedih meninggalkan segala kenyamanan di kota besar? Entah kenapa, tidak ada sedikitpun rasa sedih saat itu. Karena Allah telah memperkenankan doa saya. Pernah suatu ketika saya berbisik dalam hati,
“Ya Allah, Jika Engkau berkenan, ijinkan hamba untuk merasakan bagaimana nasib menjadi minoritas muslim.”

Eh, ternyata Allah benar2 mengabulkan. Waktu itu saya sering nonton berita-berita TV yang menggambarkan saudara2 muslim kita yang menjadi minoritas di negeri orang. Seru kayaknya! Berkaca pada teman2 non-islam ketika di kampus, dengan keminoritasannya, mereka lebih solid dan lebih mau berkorban demi agamanya. (Enak ya,pikir saya).

Kita hidup di Negara muslim terbesar di dunia merasakan kenyamanan yang luar biasa dalam beragama.(Secara,,mayoritas gitu loh).Namun terkadang kita terlena dengan besarnya agama kita dalam suatu tempat, sehingga ukhuwah antar muslim pun tidak terasa. Bahkan menunaikan hak sesama muslim kita jarang.

Ketika pertama kali menginjakkan kaki tanah flores,tepatnya di Maumere (tempat pesawat mendarat, 3 jam menuju Larantuka), saya di jemput suami dan supir kantor. Karena waktu sudah  mendekati sholat ashar, akhirnya kami menuju masjid terdekat. Kebetulan saya lg nggak sholat, jadi menunggu di bagian luar masjid. Saya bertemu dan bercengkerama dengan anak2 asli flores yang sedang menunggu gurunya untuk belajar  mengaji. Umur mereka sekitar 6-7 tahun. Belum sempat ana menyapa, mereka sudah mengucapkan salam dan senyum lebar kepada saya. Subhanallah, dengan perbuatan kecil itupun saya merasa sangat tersentuh.(Mana ada kayak gini di Jawa, saya pikir).

Mereka tampak sangat senang, mungkin jarang2 ketemu orang Jawa pake Jilbab lebar kayak gini,,(narsis..^^). Saya berikan donat  yang awalnya saya bawakan untuk suami kepada mereka (suami cuma kebagian 1,hehe). Saya ajak mereka untuk mengambil sapu dan membersihkan masjid karena sangat kotor sekali. Selagi mereka menyapu, sholat jamaah pun selesai dan ana dan suami bersiap melanjutkan perjalanan. Putri-putri kecil flores itu pun melambaikan tangan dan senyuman yang merekah di wajah mereka (manis sekali..)

Ini sebenarnya mau cerita apa,,kok ngalur ngidul gak jelas.

Kembali ke topik awal. Ramadhan 1433 H di tanah Larantuka.

Malam pertama tarawih, saya dan suami bersiap-siap menuju masjid Mujahidin(tempat kami biasa liqo). Ketika di perjalanan (kira2 15 menit pake motor), di mana-mana ada pesta sambut baru. Malam pertama ramadhan, dimana umat muslim pertama kali menunaikan ibadah sholat tarawih, malah dibarengi acara sambut baru (pembaptisan anak2 yg sudah baligh dalam agama katholik). Saya hanya mengelus dada, suara disco dan lagu2 daerah yang menghentak-hentak terdengar hampir di sepanjang perjalanan kami. Ada yang mengira bahwa pesta sambut baru ini sengaja mereka barengkan dengan 1 Ramadhan. Karena biasanya pesta ini dilakukan ketika bulan Maret atau Mei. Entah kali ini koq barengan sama Ramadhan. Untung, masjid yang kami tuju terletak agak terpencil dan jauh dari rumah2 penduduk asli. Sholat tarawih dijaga oleh polisi untuk menjaga kemanan sholat tarawih.

Banyaknya jamaah membuat saya lupa bahwa saya berada di Larantuka. Berasa di Jawa.. ^^
Menginjak hari pertama puasa. Kebetulan libur, jadi bisa masak dengan leluasa di rumah untuk persiapan buka puasa dan sahur. Buka puasa dikira-kira dengan jam yang disesuaikan dengan jadwal yang dikeluarkan kemenag setempat. (Ga denger adzan di sini,,J )

Waduh,,udah ada kerjaan,,cukup sekian untuk sharing hari ini, insyaAllah nanti disambung lagi.

Biar ada gambaran sedikit tentang Larantuka,,ana lampirkan sedikit foto2 larantuka..:)

Salam ukhuwah dari tanah Larantuka. Bismillah, dimanapun kita berada, innallaha ma’ana.. ^^

Selasa, 17 Juli 2012

Larantuka, here I am..


LARANTUKA, 17/7/2012 16.50 WITA
Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Apa kabar saudari2q?semoga dalam keadaan sehat jasadi maupun ruhani. Aamiin.
Baru saja ana membaca artikel tentang Bunda Najla’ Mahmud,istri Presiden Mesir Dr.Muhammad Mursi. Entah mengapa artikel yang begitu singkat itu membuat hati saya bergetar dan gemuruh kerinduan akan suasana islami itu semakin besar.
Jika dibandingkan dengan kondisi ketika saya di Jakarta ataupun Kotabumi (Lampung Utara), Larantuka sungguh sangat berbeda. Tidak ada banyak kajian, majelis ilmu, ataupun kegiatan dakwah yang tampak nyata di sini. Mungkin karena Larantuka adalah pusat Katholik terbesar di Indonesia, dan juga sering disebut Vatikan kedua setelah Roma.
Larantuka menyajikan keindahan laut yang luar biasa, tapi dibalik itu semua butuh kerja keras untuk membangun Islamisasi di sini. Suatu saat, saya pernah bertemu dengan seorang suster yang baru saja menyeberang ke pulau seberang dengan menggunakan kapal kecil. Pantas saja Katholik berkembang disini karena mungkin saking pedulinya suster2 itu hingga masuk ke pulau2 terpencil disana. Lalu saya berpikir, jika kita bisa melakukan seperti yang suster itu lakukan, mungkin akan lebih banyak lagi muallaf yang benar2 menyatakan dirinya muslim. Di Pulau seberang, konon Islam sudah berkembang. Dan yang menyebarkannya adalah saudara kita yang berasal dari Jamaah Tabligh (JT). JT merupakan organisasi Islam yang lumayan besar di Larantuka setelah Nahdhatul Ulama’.
Jika antunna bertanya, dimana posisi kader dakwah kita? Sungguh belum bisa dilihat dengan mata. Kami hanya segelintir orang yang mencoba membangun dakwah di kota ini. Kader dakwah yang bernaung di bawah bendera yang diusung cagub no.4 Pilgub Jakarta tahun ini terdiri dari 1 ketua DPD dan istri, ana dan suami, dan 3 orang akhwat. Untuk menjalankan suatu program saja secara kuantitas kami belum mampu, jadi kebanyakan kami mengikuti acara yang diadakan Jamaah Tabligh.

Karena sudah waktunya pulang, insyaAllah kita sambung di lain kesempatan.
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.(QS: Ali Imran/3: 169)
==bersambung==